Sejak kenal dengannya, aku tidak pernah lagi merasakan sendirian saat malam tiba. Ponselku akan berdering tepat pada pukul 19:00 dan kami akan berbincang hingga kami jatuh tidur. Kadang-kadang, jika beruntung, wajahnya yang masih terlelap akan menjadi hal pertama yang aku lihat setelah cahaya mentari memaksa mataku untuk terbuka.
Aku pikir malam ini tidak akan ada yang berbeda.
Nada dering terdengar dengan jelas dari arah kasur, penanda pukul tujuh telah tiba. Dengan sigap, kumatikan laptop di meja dan terima panggilannya. Sapaan "Halo," yang terdengar dari gawai mungil ini menggelitik hatiku, membentuk sebuah senyuman di wajahku. Kami siap mengawali ritual kami malam ini.
Tapi tiba-tiba, ZIP! Suara manisnya hilang dari telingaku. Tulisan "your internet usage is over the limit" menggantikan tampilan biasanya. Kucoba melanjutkan percakapan tanpa bantuan internet, tapi yang terdengar hanya suara operator yang berkata, "Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini."
Aku menepuk keningku keras, mengutuk kebodohanku yang membiarkan pulsaku habis malam ini. Haruskah ini jadi malam pertama yang kami lewati tanpa berbicara ngalor-ngidul?
Oh, tentu tidak.
Segera, aku mengenakan jaket, topi, masker, dan sepatuku. Kuraih helm hitamku dari lemari, kukeluarkan motorku dari garasi, dan kubawa tubuh ini menuju tempatnya. Sejam kemudian, aku mengetuk pintu tempat tinggalnya.
Matanya yang terbelalak melihatku berdiri di depannya membuat perjalanan barusan terasa setimpal. "Kok bisa ada di sini?"
"Iya dong," jawabku dengan cengiran, "when it comes to you, the limit does not exist."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar